PEMANFAATAN KULIT BUAH COKLAT (Theobroma cacao)
SEBAGAI BIOSORBEN ION LOGAM Ni(II)
M. Malimongan 1*,
N. La Nafie2, P. Taba3
Jurusan Kimia F
MIPA Universitas Hasanuddin
Kampus Tamalanrea
Makassar 90245
Abstrak. Nikel merupakan salah satu
logam berat yang sangat berbahaya karena bersifat karsinogenik dan menyebabkan
berbagai penyakit akut dan kronik. Biosorpsi merupakan salah satu metode
altenatif untuk menghilangkan keberadaan logam berat dari lingkungan dengan
menggunakan biomaterial yang disebut biosorben. Penelitian biosorpsi ion Ni(II)
dengan menggunakan kulit buah coklat (Theobroma
cacao) dengan variasi waktu kontak, pH, dan konsentrasi telah diteliti.
Konsentrasi ion Ni(II) sebelum dan setelah biosorpsi ditentukan dengan
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kulit buah coklat (Theobroma cacao)
mampu mengadsorpsi ion Ni(II) dan adsorpsi optimum terjadi pada waktu kontak 10
menit dan pada pH 5. Model Isotermal Langmuir dan Freundlich digunakan untuk
mempelajari isotermal adsorpsi. Biosorpsi ion Ni(II) oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao) lebih sesuai isotermal
Langmuir dengan kapasitas biosorpsi 0,21 mmol/g. Gugus fungsi yang terlibat
dalam biosorpsi ion Ni(II) oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao) adalah gugus –OH dan N-H.
Kata kunci:
biosorpsi; isotermal adsorpsi; Ni(II); kulit buah coklat; SSA.
Abstract. Nickel is one of the heavy
metals which is very dangerous because it is carcinogenic and can cause a
variety of acute and chronic diseases. Biosorption is one alternative method
for the removal of heavy metals from the environment using a biomaterial called
biosorbent. Biosorption of Ni(II) ion using cacao fruit peel (Theobroma cacao) with variation of
contact time, pH and concentration has been investigated. The concentration of
Ni(II) ion before and after adsorption was determined by Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS). The result showed that cacao fruit peel (Theobroma cacao) was able to adsorb
Ni(II) ion and the optimum biosorption occured at a contact time of 10 minutes
and at a pH of 5. Langmuir and Freundlich isotherm models were used to study
the adsorption isotherm. Biosorption of Ni(II) ion by cacao fruit peel (Theobroma cacao) fulfilled the Langmuir
isotherm with a biosorption capacity of 0,21 mmol/g. The functional groups
involved in the biosorption of Ni(II)
ion by cacao fruit peel (Theobroma cacao)
are –OH and N-H.
Key
Words : biosorption; adsorption isothermal; Ni(II); cacao fruit peel; AAS.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dewasa ini
mendorong pembangunan yang pesat pada sektor industri, transportasi, rumah
tangga, dan bahkan kesehatan. Kemajuan teknologi dapat memberikan dampak
negatif berupa kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah logam berat tanpa
pengolahan terlebih dahulu (Kusuma,
2014). Logam berat tidak dapat diurai oleh mikroorganisme dan dapat
terakumulasi dalam tubuh manusia serta mengakibatkan kerusakan organ-organ
tubuh (Sembodo,
2006).
Salah satu logam berat yang merupakan polutan
lingkungan yang berasal dari kegiatan industri adalah Nikel (Ni) (Aslam dkk., 2010). Nikel banyak digunakan pada peralatan dapur,
ornamen-ornamen rumah dan gedung serta komponen industri. Selain sebagai logam esensial, nikel juga berbahaya (Axtell dkk., 2003). Jika konsentrasi Ni(II)
berada di atas standar
baku mutu yakni bila berada di atas 0,05 ppm, berbagai penyakit yang akut dan kronik dapat timbul pada manusia seperti kerusakan paru-paru dan gangguan pada ginjal (Borba,
dkk.,
2006). Nikel juga bersifat
karsinogenik dan
dapat menyebabkan asma serta alergi kulit (Aslam dkk., 2010).
Beberapa teknologi telah dikembangkan untuk menghilangkan
logam berat dalam perairan seperti
presipitasi, filtrasi membran, pertukaran
ion, serta kopresipitasi.
Namun metode tersebut memiliki beberapa kekurangan seperti
penghilangan logam yang tidak sempurna, peralatan yang mahal, serta kerugian yang
disebabkan oleh produksi endapan
kimia yang beracun dan pengolahan limbah menjadi tidak ramah lingkungan
(Isnaini dkk., 2013). Biosorpsi merupakan metode alternatif
untuk menghilangkan logam berat dari perairan karena menggunakan bahan biomaterial yang mudah didapatkan dan biayanya relatif murah (Alluri dkk., 2007).
Beberapa biomaterial yang sangat berpotensi sebagai penyerap logam berat umumnya
berasal dari limbah pertanian. Menurut Sulistyawati, 2008, tongkol jagung yang
mengandung selulosa dapat digunakan sebagai adsorben logam berat Pb(II). Pektin dari kulit buah jeruk dapat dimanfaatkan sebagai
adsorben ion logam tembaga (Ina dkk.,
2013). Kulit jengkol dapat
digunakan sebagai penyerap ion logam Cd(II) dan Zn(II) (Isnaini dkk., 2013). Kulit batang bakau digunakan sebagai penyerap ion Cu(II) dan Ni(II) (Rozaini dkk., 2010). Arang aktif dari kulit buah coklat (Theobroma cacao l.)
berfungsi sebagai adsorben logam berat Cd(II) dalam pelarut air (Masitoh dan Sianita, 2013). Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa limbah pertanian yang
mengandung gugus-gugus fungsional dapat
diolah lebih lanjut sebagai adsorben yang dapat digunakan untuk menyerap logam berat dari
perairan. Buah coklat (Theobroma
cacao) merupakan
salah satu hasil perkebunan yang menghasilkan limbah
berupa kulit dengan jumlah yang besar. Sejauh ini kulit
buah coklat di
perkebunan-perkebunan
besar digunakan sebagai pupuk atau pemberi nutrisi pada tanaman dan
sebagai pakan ternak. Kulit buah coklat beratnya mencapai 75 % dari seluruh berat buah, sehingga dapat dikatakan bahwa limbah
utama pengolahan buah coklat adalah kulitnya
(Wulan, 2001). Kulit buah coklat (Theobroma cacao) mengandung selulosa, pektin, dan lignin yang
berpotensi
mengikat logam berat seperti logam nikel dari larutan.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penelitian
ini dilakukan untuk mempelajari kemampuan
kulit buah coklat (Theobroma
cacao) dalam mengikat
Ni(II) dan
penentuan gugus fungsi yang terlibat dalam proses biosorpsi dengan menggunakan Fourier transfom infrared (FTIR).
BAHAN
DAN METODE
Bahan
Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah kulit buah coklat (Theobroma cacao), Ni(NO3)2.6H2O Emsure (Merck),
NaOH, HNO3, akuades, kertas saring Whatman 42, dan kertas label.
Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan
pada penelitian ini adalah alat-alat gelas yang umum digunakan di laboratorium,
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) buck
scientific model 205 VGP, neraca Ohaus model NO AP210, Crusher, oven, magnetic
stirrer velp scientica, ayakan ukuran 90-100 mesh,
stopwatch, desikator, sentrifuge angular 6 selecta, pH meter wtw 315i dan
spektrofotometer FT-IR Shimadzu prestige
21.
Prosedur Penelitian
Penyiapan Biosorben Kulit
Buah Coklat (Theobroma cacao)
Kulit buah coklat (Theobroma cacao) diambil dari salah
satu kebun di Tana Toraja. Kulit buah coklat (Theobroma cacao) yang telah diambil selanjutnya dipotong kecil-kecil dan
dicuci dengan akuades berulang kali untuk menghilangkan kotoran dan
partikel-partikel lain.
Kulit buah coklat kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kering. Kulit coklat (Theobroma cacao) yang bersih dan kering dimasukkan ke dalam oven 80 oC
selama kurang lebih 24 jam lalu disimpan dalam desikator. Kulit coklat (Theobroma cacao) yang sudah kering selanjutnya dihaluskan dan diayak dengan saringan 100 mesh.
Pembuatan Larutan Baku Ni(II)
Pembuatan larutan baku Ni(II) 1000 ppm dilakukan dengan cara sebagai berikut: Ni(NO3)2.6H2O ditimbang
sebanyak 4,9564 gram, kemudian ditambahkan HNO3 dan
diimpitkan dengan akuabides hingga volume 1 L. Selanjutnya, larutan baku Ni(II) 1000 ppm dipipet 100 mL dan diencerkan sampai volume 1 L untuk
membuat larutan baku 100 ppm.
PenentuanWaktu Optimum Biosorpsi Ion Ni(II) oleh Kulit
Buah Coklat (Theobroma cacao)
Serbuk
kulit buah coklat (Theobroma
cacao) yang bersih dan kering dimasukkan masing-masing sebanyak 0,2 gram ke dalam 11 buah labu
erlenmeyer ukuran 100 mL dan ditambahkan 50 mL larutan ion Ni(II) dengan konsentrasi 100 ppm dan dikocok dengan menggunakan magnetic
stirrer selama 5,10,
15, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit.
Kemudian campuran disaring dan filtratnya ditampung untuk diukur absorbansinya dengan SSA. Setiap percobaan dilakukan secara duplo.
Penentuan
pH Optimum Biosorpsi Ion
Ni(II) oleh Kulit Buah Coklat (Theobroma cacao)
Serbuk kulit coklat (Theobroma
cacao) sebanyak 0,2 gram ditambahkan
ke dalam 50 mL
larutan ion Ni(II) dengan konsentrasi 100 ppm dan pH 2. Campuran diaduk selama 10 menit dan disaring.
Absorbansi filtrat diukur dengan SSA. Percobaan diulang dengan pH berbeda masing-masing 3, 4, 5, 6, dan 7. Setiap
percobaan dilakukan secara duplo.
pH optimum adalah pH dimana konsentrasi
teradsorpsi (Cadsorpsi) terbesar.
Penentuan Kapasitas
Biosorpsi IoN Ni(II) oleh Kulit
Buah Coklat (Theobroma cacao)
Serbuk kulit buah coklat (Theobroma cacao) yang bersih dan kering dimasukkan masing-masing sebanyak 0,2 gram ke
dalam 6 buah erlenmeyer ukuran 100 mL, selanjutnya dimasukkan
secara berturut-turut 50 mL larutan ion Ni(II) dengan konsentrasi 50, 100, 150,
250, dan 400 ppm. Campuran tersebut diaduk selama 10
menit dan pH 5, kemudian disaring
dan filtratnya ditampung
untuk diukur absorbansinya dengan SSA. Kadar Ni(II) dalam larutan Ni(II) sebelum adsorpsi juga
diukur. Setiap percobaan dilakukan secara duplo. Kapasitas biosorpsi dihitung dari persamaan Freunlich atau dengan menggunakan persamaan Langmuir.
Analisis FT-IR
Biosorben kulit buah coklat (Theobroma
cacao) sebelum dan
setelah ditambah dengan larutan Ni(II)
dengan pH dan waktu optimum dan dikeringkan pada suhu 80 oC lalu
dianalisis dengan FT-IR (Fourier Transform Infra Red)
Prestige-21 pada
daerah 4500-340 cm-1 dengan resolusi 1 cm-1 pada suhu
ruangan menggunakan detektor DTGS (deuterated
triglycine sulphate). Sampel digeruskan bersama KBr dengan perbandingan
massa 1:10. Hasil campuran dimasukkan ke dalam tempat khusus berbentuk bulat
kemudian divakumkan untuk melepaskan air. Campuran dipres beberapa saat (10
menit) pada tekanan 72 Torr (8 hingga 20 ton per satuan luas) untuk
menghasilkan bulatan tipis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Waktu Optimum Biosorpsi Ion
Ni(II) oleh Kulit Buah Coklat (Theobroma
cacao)
Waktu optimum
biosorpsi ion Ni(II) oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao) ditentukan dengan menghitung jumlah ion Ni(II)
yang diadsorpsi sebagai fungsi waktu. Grafik hubungan antara waktu kontak
dengan banyaknya ion Ni(II) yang diadsorpsi oleh serbuk kulit buah coklat (Theobroma cacao) dapat dilihat pada
Gambar 1.
Jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi
meningkat dari menit ke-5 hingga menit ke-10. Setelah itu jumlah yang
teradsorpsi cenderung konstan bahkan mengalami penurunan. Jadi waktu pengadukan
10 menit merupakan waktu optimum yang didapatkan dengan jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi
sebesar 7,86 mg/g. Waktu optimum
ini digunakan
untuk penelitian lebih lanjut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adsorpsi ion Ni(II)
oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao)
mengalami peningkatan dengan semakin lamanya waktu kontak yang terjadi antara
adsorben dengan adsorbat akan tetapi pada waktu tertentu (waktu optimum) jumlah
ion Ni(II) yang teradsorpsi telah maksimal sehingga jumlah ion Ni(II) yang
teradsorpsi tidak mengalami peningkatan. Waktu
optimum biosorpsi ion Ni(II) pada beberapa penelitian lain menunjukkan hasil
yang berbeda-beda, bergantung pada jenis biosorben yang digunakan.
Waktu optimum yang diperoleh pada penelitian
biosorpsi ion Ni(II) dan Cd(II) menggunakan jerami padi yang dilakukan oleh
El-Sayed dkk., (2010) adalah 90 menit untuk ion Ni(II). Amaliah dkk.,
(2012) dalam penelitian pemanfaatan biomassa karang sebagai biosorben ion
Ni(II) juga memperoleh waktu optimum 90 menit. Sedangkan waktu optimum pada
penelitian adsorpsi Ni(II) menggunakan karbon aktif tempurung kelapa yang
dilakukan oleh Onundi dkk., (2010) adalah 75 menit. Perbedaan waktu optimum
pada proses biosorpsi bergantung pada kandungan senyawa yang terdapat pada
permukaan biosorben. Menurut Setyawan dkk (2013), waktu optimum adalah waktu
untuk mencapai kesetimbangan yakni
ketika gugus fungsi pada biosorben telah mengikat ion logam secara maksimal dan setelah kesetimbangan tercapai
ikatan antara gugus aktif pada permukaan biosorben dan ion logam melemah
sehingga proses desorpsi terjadi. Interaksi antara gugus fungsi pada permukaan
biosorben kulit buah coklat dengan ion Ni(II) mencapai kondisi kesetimbangan
pada waktu 10 menit dan setelah kondisi kesetimbangan tercapai jumlah ion
Ni(II) yang diadsorpsi menurun karena
ikatan antara ion Ni(II) dan gugus fungsi pada permukaan biosorben semakin
melemah dan akhirnya lepas kembali ke dalam larutan. Waktu yang diperlukan
relatif cepat karena ion Ni(II) teradsorpsi secara kimia membentuk lapisan di
permukaan biosorben dan setelah lapisan permukaan tertutupi maka tidak mampu
lagi mengadsopsi ion Ni(II) secara maksimal.
Penentuan
pH Optimum Biosorpsi Ion Ni(II) oleh Kulit Buah Coklat (Theobroma cacao)
Gambar
2. Hubungan antara pH dengan jumlah ion logam Ni(II) yang diadsorpsi oleh kulit
buah coklat (waktu kontak = 10 menit dan Co = 100 ppm)
Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi
sedikit pada pH rendah, dan meningkat seiring dengan peningkatan pH larutan
hingga mencapai optimum pada pH 5 dengan jumlah ion Ni(II) yang terserap
sebesar 5,53 mg/g.
Pengaruh pH berkaitan dengan fakta bahwa dalam suasana asam
terjadi kompetisi antara ion logam dan ion H+ yang menyebabkan pengikatan ion logam berkurang. Dengan
peningkatan pH, tolakan elektrostatik menurun akibat dari penurunan kepadatan
muatan positif pada permukaan biosorben sehingga mengakibatkan peningkatan
adsorpsi logam (Amaliah dkk., 2012). Jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi menurun
pada pH 6-7 karena kompleks hidroksil terlarut dari ion nikel terbentuk (Ahmad
dkk., 2009). Nikel yang tidak berada lagi dalam bentuk ionnya sulit berikatan
dengan gugus aktif pada permukaan
biosorben kulit buah coklat akibatnya jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi
menurun. Penelitian lebih lanjut untuk penentuan kapasitas biosorpsi digunakan
pH optimum yaitu pH 5.
Kapasitas
Biosorpsi Ion Ni(II) oleh Kulit Buah Coklat (Theobroma cacao)
Jumlah
ion Ni(II) yang diadsorpsi (qe) sebagai fungsi konsentrasi ditentukan
untuk menghitung kapasitas biosorpsi. Kapasitas biosorpsi ditentukan oleh
konsentrasi larutan ion logam. Pengaruh konsentrasi
ion Ni(II) dalam proses biosorpsi ditunjukan pada Gambar 3. Grafik
hubungan antara qe dan Ce pada Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah ion
Ni(II) yang diadsorpsi meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi
adsorbat.
Gambar
3. Hubungan antara jumlah ion Ni(II) yang
diadsorpsi (qe) oleh
kulit buah coklat dengan konsentrasi larutan (Ce) pada kesetimbangan
(waktu kontak= 10 menit dan pH = 5)
Gambar
4. Isotermal Langmuir untuk biosorpsi ion Ni(II) oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao).
Gambar 5.
Isotermal Freundlich untuk biosorpsi ion Ni(II) oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao).
Gambar 4 dan 5 menunjukkan bahwa isotermal adsorpsi ion
Ni(II) oleh kulit buah coklat (Theobroma
cacao) lebih sesuai pada isotermal Langmuir dibandingkan isotermal
Freundlich, dimana R2 yang diperoleh untuk kurva isotermal Langmuir
sebesar 0,997 dan untuk isotermal
Freundlich adalah 0,913.
Parameter biosorpsi ion Ni(II) oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao) yang dihitung dengan
menggunakan isotermal Langmuir dan
isotermal Freunlich ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel
1. Parameter biosorpsi ion Ni(II) oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao)
Model Langmuir
|
Model Freunlich
|
||||
Qo
(mmol/g)
|
b
(L/mg)
|
R2
|
K
(mmol/g)
|
n
|
R2
|
0,21
|
0,03
|
0,997
|
0,05
|
4,03
|
0,913
|
Nilai
koefisien korelasi (R2) yang besar pada kurva isotermal Langmuir
mengindikasikan proses biosorpsi ion logam memiliki cakupan lapis tunggal (monolayer)
pada kulit buah coklat (Theobroma cacao).
Dengan kata lain, biosorpsi ion logam Ni(II) pada kulit buah coklat (Theobroma cacao) terjadi pada gugus fungsi pada permukaan
kulit buah coklat (Theobroma cacao)
yang dianggap sebagai adsorpsi lapis tunggal. Biosorben berbeda dapat
memberikan karakteristik adsorpsi yang berbeda, sehingga kesesuaian dari
isotermal adsorpsi sangat bergantung pada jenis biosorben yang digunakan.
Penentuan Gugus Fungsi yang Terlibat
dalam Biosorpsi Ion Ni(II) oleh Kulit Buah Coklat (Theobroma cacao)
Serbuk
kulit buah coklat sebelum adsorpsi dan setelah adsorpsi dianalisis dengan
menggunakan FTIR. Interaksi antara ion Ni(II) dengan kulit buah coklat (Theobroma cacao) dapat terlihat pada
spektum hasil pembacaan spektroskopi IR. Gambar 6 menunjukkan spektrum FTIR
dari kulit buah coklat (Theobroma cacao)
sebelum dan setelah adsorpsi. Sebelum adsorpsi beberapa puncak muncul,
seperti pada bilangan gelombang 3402,43
cm-1 yang merupakan serapan dari gugus -OH. Gugus -OH didukung dengan munculnya serapan C-O
alkohol pada bilangan gelombang 1253,73 cm-1. gugus N-H dari amina terekam pada panjang
gelombang 1614,42 cm-1, gugus ini
diperkirakan berasal dari protein kulit
buah coklat yang diperkuat adanya serapan 1737,86 cm-1 sebagai serapan C=O
(ikatan peptida). Setelah adsorpsi terjadi beberapa pergeseran bilangan
gelombang. Hal ini dapat dilihat pada pergeseran bilangan gelombang dari
3402,43 cm-1 menjadi 3419,79 cm-1, yang mengindikasikan terjadinya
interaksi antara gugus -OH dari biosorben kulit buah coklat dengan ion Ni(II).
Hal ini juga terlihat pada pergeseran bilangan gelombang dari 1614,42 cm-1
menjadi 1625,99 cm-1 yang mengindikasikan terjadinya interaksi
biosorben dengan gugus N-H. Hal ini membuktikan bahwa ion Ni(II) terikat pada
gugus fungsi –OH dan N-H. Pergeseran
juga terjadi pada bilangan gelombang dari 526,57 cm-1 menjadi 514,99
cm-1. Hal ini menunjukkan serapan vibrasi ikatan Ni-O. Selain itu pergeseran juga terjadi pada
bilangan gelombang dari 366,48 cm-1
menjadi 376,12 cm-1 yang menunjukkan ikatan antara Ni-N. Hal
ini sesuai literatur bahwa vibrasi logam Ni dengan
gugus O dari ligan akan muncul pada bilangan gelombang 600-400 cm-1,
sedangkan vibrasi ikatan logam Ni dengan gugus N dari ligan akan muncul pada
bilangan gelombang 300-390 cm-1 (Triyani dkk., 2013).
Gambar 6. Spektrum inframerah kulit buah coklat (Theobroma cacao) sebelum biosorpsi dan
setelah biosorpsi
Berdasarkan
pergeseran bilangan gelombang yang terjadi, maka diperkirakan terjadi interaksi
antara Ni(II) dengan gugus hidroksil (-OH)
dari lignin dan selulosa dan Ni(II) dengan gugus N-H dari protein. Bentuk
interaksi yang mungkin antara Ni(II) dengan lignin, selulosa, dan protein ditunjukkan pada Gambar 7, dan 8.
Gambar 8. Bentuk interaksi antara Ni(II)
dengan protein
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh data yang dapat disimpulkan bahwa waktu optimum biosorpsi ion Ni(II)
oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao)
adalah 10 menit. pH optimum biosorpsi ion Ni(II) oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao) adalah pH 5. Biosorpsi ion Ni(II) oleh kulit
buah coklat (Theobroma cacao)
lebih
sesuai isotermal Langmuir dengan nilai kapasitas biosorpsi 0,21 mmol/g. Gugus
fungsi yang terlibat dalam biosorpsi ion Ni(II) oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao) adalah gugus -OH dan N-H.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
A., Rafatullah, M., Sulaiman O., Ibrahim, M.H., Chii, Y.Y., dan Siddique, B.M.,
2009, Removal Of Cu(Ii) And Pb(II) Ions from Aqueus Solutions by Adsorption on Sawdust of Meranti Wood, Desal, 250, 300-310
Alluri, H.K.,
Ronda, S.R., Settaluri, V.S., Singh,
Bondili, J.S., Suryanarayan, V., and Venkateshwar, P., 2007,
Biosorption: An Eco-friendly Alternative for Heavy Metal Removal, Afr. J. Biotechnol., 6(25): 2924-2931.
Amaliah, R., La Nafie, N., and
Fauziah, S., 2012, Pemanfaatan Karang sebagai Biosorben Ion Logam Ni(II), Mar. Chim. Acta., 13(1): 36-45.
Aslam, M.Z., Shahid, N.R., dan Feroze, N., 2010,
Ni(II) Removal By Biosorption
Using Ficus Religiosa (Peepal) Leaves, J. Chil. Chem. Soc., 55(1): 81-84.
Axtell, N.R.,
Sternberg, S.P.K., and Claussen, K., 2003, Lead and Nickel
Removal Using Microspora and Lemna Minor, Bioresour. Technol., 89: 41-48.
El-Sayed, G.O., Dessouki
H.A., and Ibrahim S.S., 2010, Biosorption
of Ni (II) and Cd (II) Ions From Aqueous Solutions Onto Rice Straw, Chem. Sci. J.,
1-11.
Ina A.T., Yulianti, L.I.M., dan
Pranata, F.S., 2013, Pemanfaatan
Pektin Kulit Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var.
microcarpa) Sebagai Adsorben Logam Tembaga (Cu), Skripsi tidak diterbitkan Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Isnaini, P.,
Zein, R., dan Munaf, E., 2013, Penyerapan
Ion Cd (II) dan Zn (II) dalam Air Limbah
Menggunakan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain), J. Kim. Unand, 2(3): 20-30.
Kusuma,
I.D.G.D.P., Wiratini N.M., dan Wiratma I.G.L., 2014, Isotermal Adsorpsi Cu2+ oleh Biomassa Rumput Laut, e-Journal
Kim. Visvitalis Univ. Pen. Ganesha, 2(1): 1-10.
Masitoh, Y.F., dan Sianita,
M.M., 2013, Pemanfaatan Arang Aktif Kulit buah Coklat (Theobroma cacao L.) sebagai Biosorben logam berat Cd (II) dalam
Pelarut Air, J.Chem., 1(1): 23-28.
Onundi, Y. B., Mamun, A. A., Al-Khatib, M. F., and Ahmed, Y. M.,
2010, Adsorption of copper, nickel and lead ions from synthetic semiconductor
industrial wastewater by palm shell activated carbon, Int. J. Environ. Sci.
Tech., 7 (4): 751-758.
Rozaini, C.A., Jain, K., Tan, K.W., Tan, L.S., Azraa, A., and Tong, K.S., 2010, Optimization
of Nickel and Copper Ions Removal by Modified Mangrove Barks, Int. J. Chem. Eng. Appl., 1(1): 84-89.
Sembodo, B.S.T., 2006, Model
Kinetika Langmuir untuk Adsorpsi
Timbal
pada Abu Sekam Padi, Ekuilibrium, 5(1): 28-33.
Setyawan,
F.L., Darjito, dan Khunur, M.M., 2013, Pengaruh pH dan Lama Waktu pada Adsorspi
Ca2+ Menggunakan Adsorben Kitin Terfosforilasi dari Limbah Cangkang
Bekicot (Achatina Fulica), Kim. Student J., 1(2): 201-207.
Sulistyawati, 2008, Modifikasi Tongkol Jagung Sebagai Adsorben Logam Berat Pb(II), Skripsi
tidak diterbitkan, Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Triyani, N.P., Suhartana, dan
Sriatun, 2013, Sintesis dan
Karakterisasi
Kompleks Ni(II)-EDTA dan
Ni(II)-Sulfanilamid, Chem Info, 1(1):
354-361.
Wulan, S.N., 2001, Kemungkinan
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao, L) Sebagai Sumber Zat Pewarna Β-Karoten, J. Tek. Pert., 2(2): 22-29.